Seks Dengan Kak Santi - Lendir Meki
Responsive Ads Here

Breaking

Home Top Ad

 


Post Top Ad

MejaQQ

Kamis, 27 Agustus 2020

Seks Dengan Kak Santi

Mejaqq : Ini adalah cerita sebenarnya, hanya nama saya yang saya ubah supaya tidak terlalu jelas jati diriku. Kisah ini kualami tahun 2005, saat mulai kuliah di kota Y. Aku, Hartomo, dari keluarga yang cukup mapan dan jakarta sehingga mengharuskan untuk kost di kota Y. Tempat kost saya adalah kost campur dengan kamar mandi berada di dalam kamar dan dihuni oleh 12 orang, 5 mahasiswa dan 3 perempuan dan 4 pasutri. Sejak kuliah di kota Y, kakak perempuanku mempunyai kebiasaan sering mengunjungi aku setiap akhir bulan. Setiap kali mengunjungiku, kakak ku selalu menginap selama seminggu di kostku

Kakak ku bernama Santi, 25 tahun. Penampilan kakak ku sangat menarik. Sebagai wanita yang tinggal di kota besar, cara berpakaiannya selalu glamour berkelas dan seksi. Dengan tubuh tinggi , dada 36, dan kulit yang putih.


MEJAQQ: AGEN JUDI POKER DOMINOQQ BANDARQ ONLINE TERBESAR DI ASIA


Cerita Panas Pada bulan pertama kunjungan kakak ku, biasa – biasa saja. kakak ku menginap di kostku selama seminggu. Aku membeli 1 kasur tambahan, sehingga walau sekamar tapi aku dan kakak ku tidur di kasur yang berbeda dan agak berjauhan ( maklum, kamar kostku agak luas ). Setiap kakak ingin berganti pakaian, aku selalu keluar kamar, begitu juga sebaliknya.

Pada akhir bulan kedua, kakak ku kembali mengunjungiku. Seperti biasa, ia kembali menginap di kostku selama seminggu. Pada kunjungan kedua inilah, aku mengalami sebuah kejadian yang akhirnya membuat aku terobsesi dengan kakak ku sendiri. Kejadian itu terjadi pada malam hari kira pukul 7. Aku sedang keluar membeli makanan untuk aku dan kakak ku. Saat aku kembali, aku melihat kakak ku udah mengganti pakaiannya dengan daster tidur. Mejayes

Daster biru tua polos yang leher bajunya sangat rendah. Singkat cerita, kami makan bersama sambil duduk berhadapan. Karena di kamar kostku tidak ada meja, akhirnya kami makan sambil duduk lesehan dan piring diletakkan di lantai. Sewaktu-waktu saat hendak menyuapkan nasi ke mulutnya, dengan tidak sengaja, kak Santi membungkuk kearah ku yang lagi asyik makan.

Kedua belah payudaranya yang tanpa BH hampir seluruhnya keluar dari leher dasternya. Aku hanya bisa melongo, batang penisku langsung ereksi, kalau nggak cepat-cepat aku ngacir, mungkin kak Santi bisa melihat separuh batang penusku yang udah keluar dari pinggang celanaku.

Suatu hari, aku benar benar ketiban rezeki. Tanpa sengaja kak Santi memberikan tontonan yang membuatku terangsang berat. Seperti biasa setelah keluar kuliah, aku tidur siang, bertelanjang dada, aku hanya memakai blue jeans ketat kegemaranku.

Sambil berbaring di kasurku, aku menemani kak Santi ngobrol mengenai acara kuliahku, Kak Santi asyik dengan majalahnya. Entah kenapa, mungkin karena keasyikan ngobrol, kak Santi tanpa sengaja jongkok tepat di depan mataku. Aku jelas–jelas melihat gundukan vaginanya, mulus tercukur tanpa satu helai rambut.

Ya ampun, mungkin kak Santi lupa memakai celana dalam!!!. Spontan aku jadi terangsang luar biasa. Saking terpananya, aku nggak peduli lagi sama penisku yang udah menerobos keluar, menjulang gagah sampai ke atas pusarku. Aku baru sadar sewaktu kak Santi terkaget melihat Penisku. Jelas-jelas saja kak Santi kaget, saking panjangnya,penisku kalo lagi tegang bisa sampe ke ulu hati.

Lendir Meki Dengan wajah merah karena malu, aku bangkit dan ngacir ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi ku buka resleting jensku dan mulai mengocok penisku sambil mencium Bra dan CD kotor miliku kak Santi yang tergantung di kamar mandi. Sejak saat itu aku mulai terobsesi dengan kakakku sendiri. Bahkan saat kak Santi hendak balik ke jakarta, aku menyembunyikan satu Bra dan CD-nya untuk teman onaniku selama kakak ku di jakarta.

Pada akhir bulan ketiga, sebelum datang berkunjung, kak Santi terlebihi dahulu menelpon. Dalam pembicaraanku dengan kak santi di telpon, ia mengatakan agak merasa sedikit ribet kalo harus bolak – balik dengan membawa barang bawaan yang banyak. Mendengar itu, ide isengkupun muncul. Aku meminta kak Santi untuk tidak perlu membawa apa–apa saat berkunjung dan menawarkan untuk membelikan pakaian untuk keperluan kakak selama seminggu. Kak Santi pun menyetujuinya.

Menjelang kedatangan kak Santi, aku menggunakan sisa uang jajanku untuk membelikan pakaian untuk ia sesuai ukuran yang telah disampaikan. Aku memilih pakaian – pakaian yang sering kulihat dipakai para cewek–cewek di club malam. Akhirnya, aku membeli beberapa potong hot pant, kemeja tipis yang ukurannya aku pesan sedikit lebih kecil dari ukuran kak Santi, beberapa dress minim, lingerie dan Bra serta G-string yang seksi.

Saat kak Santi tiba, ia agak kaget melihat persediaan pakaian yang aku belikan untuknya. Pada awalnya dia menolak, tapi setelah agak kupaksa dengan mengatakan bahwa ia akan kelihatan lebih muda dan cantik dengan berpakaian seperti itu, ia pun akhirnya mau.

Sejak saat itu lah pertualanganku dimulai. Selama seminggu mengunjungiku, aku dan kak Santi sering jalan berdua yang menggunakan pakaian – pakaian yang seksi. Suatu sore, aku dan kak santi jalan–jalan ke sebuah mall. Kak Santi mengenakan hot pant berwarna pink dan kemeja putih lengan pendek. Tali Bra-nya nampak terlihat terikat di balik tengkuk. Selama berjalan–jalan di mall, aku selalu menggandeng tangannya, merangkul bahunya dan akhirnya merangkul pinggangnya. Sesekali tanganku turun ke bokongnya. Saat tanganku di bokokngnya, kak Santi hanya mencubitku dan berkata lepaskan.

Setelah bosan jalan – jalan, akhirnya aku dan kak Santi memutuskan untuk pulang ke kost. Sesampainya di kost kak Santi langsung mengambil handuk dan hendak mandi,. Sebelum masuk ke kamar mandi, ia terlebih dahulu mengambil pakaian ganti di lemari. Kulihat pakaian yang lain telah kotor dan belum dicuci.

Yang tersisa di lemari hanya celana dalam g-string warna merah dengan renda-renda yang sexy dan sebuah gaun malam berwarna pink dengan bahan satin. Gaun malam itu semi transparan, jadi tidak akan transparan bila dilihat dari dekat, tetapi akan menampakkan lekuk tubuh pemakainya bila ada latar cahayanya. Panjang gaun malam itu hanya 10 cm dari selangkangan.

Di bagian pundak hanya ada 2 tali tipis untuk menggantung gaun malam itu ke tubuh. Bila kedua tali itu diturunkan dari pundak, dijamin gaun malam akan meluncur ke bawah dan menampakan tubuh yang telanjang tanpa halangan. Semua itu sudah aku rencanakan sebelum kak Santi tiba.

Saat kak Santi mandi, aku duduk sambil menonton tv. Jantungku berdebar menanti pemandangan apa yang bakal aku lihat saat ia keluar. Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi menggunakan gaun yang tadi diambilnya dan kembali memakai Bra yang tadi dipakai ke mall. Saat kak Santi sedang mengeringkan rambutnya, aku protes.

“ Bukannya Bra itu udah kakak pakai dari tadi pagi? “

“iya, emang napa” sahut Kak Santi

“ seharian kan kita diluar rumah. Bra itu pasti udah banyak kena keringat. Nggak sehat kak”

“Bra kakak udah pada kotor. Ini yang terakhir “

“ya udah nggak usah pake bra aja, daripada kakak kena penyakit kulit karena pake bra kotor”

Setelah aku memaksa, akhirnya kak Santi menuruti. ia kembali ke dalam kamar mandi untuk melepas bra-nya. Ia keluar kembali sudah tidak menggunakan bra. Putingnya nampak keliatan di balik gaun tipis itu. Hal itu membuatku sangat terangsang, sehingga saat giliranku mandi, aku berlama–lama di kamar mandi untuk beronani dengan pakaian dalam bekas kak Santi.

Pada saat makan malam, aku pura–pura menumpahkan minuman ke atas kasurku, sehingga aku bisa punya alasan untuk tidur sekasur dengan kak Santi malam ini. Kak Santi terlebih dahulu tidur, aku masih nonton. Saat kak santi tidur, Gaun malamnya tersingkap sehingga memperlihatkan g-string yang dipakai. Tali gaun tidurnya yang sebelah kiri merosot ke siku sehingga puting payudaranya sebelah kiri nongol sedikit. BandarQ Online

Melihat itu, aku terangsang hingga ubun–ubun kepala. Aku udah tidak tahan lagi untuk menyentuh tubuh kak Santi dan menyetubuhinya. Tapi, aku tidak berani. Aku akhirnya hanya mengocok batangku persis di depan wajah kak santi yang sedang tertidur pulas. Saat pejuku hendak keluar, aku arahkan ujung batangku ke dada kak Santi sehingga pejuku tersembur mengenai dadanya. Kak Santi tersadar saat pejuku mengenai kulit payudaranya.

Aku buru–buru menaikan celanaku. Kak Santi hanya membersihkan pejuku di payudaranya dengan gaun tidurnya tanpa bertanya. Beberapa menit kemudian kak Santi bergeser dan menyuhku tidur di sampingnya.

Akupun akhirnya tidur di samping kakakku. Menjelang dini hari, aku terbangun. Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh kak Santi, gila pikirku dalam hati dia kakak ku, tapi.. akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani lagi untuk “menidurkan penis”-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi.

Dengan gemetar aku mencoba membelai paha kak Santi yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri pahanya dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh celanaku. Aku kemudian membuka celanaku dan keluarlah “burung perkasa”-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir kak Santi.

Aku mencoba meremas payudaranya yang besar dan montok, aku rememas payudara kak Santi dengan perlahan. Takut kalau ia bangun. Tangan kiriku terus mengocok batang kemaluanku hingga menyemprotkan peju ke bokong kak Santi.

Pada malam berikutnya, aku semakin berani menggerayangi tubuh kak Santi. Saat ia sudah terlelap, aku pindah dari kasurku ke kasurnya. Perlahan – lahan aku menarik daster yang dipakainya ke atas hingga bagian dada. Tubuh kak Santi yang sexy hanya terbalut bra putih setengah cup dan celana dalam satin putih berenda sexy terpampang di depanku.

Aku kemudian mencium buah dadanya dan menghirup keharuman tubuhnya. Setelah itu, aku menarik sedikit cupnya, mengeluarkan putingnya dan menghisap serta menjilat-jilatnya. Waktu itu tidak ada sedikitpun reaksi dari kak Santi. Berulang-ulang aku menikmati buah dadanya dari yang sebelah kiri, ke kanan, ke kiri dan seterusnya sampai aku betul-betul puas. Remasan, gigitan, jilatan dan ciuman menghujani kedua buah dada kak Santi.

Aku kemudian menarik celana dalam yang dipakainya agak ke bawah. Aku membuka kedua belahan kakinya dan mulai menjilati liang kewanitaannya. Walaupun tertidur, rupanya tubuh kak Santi memberikan reaksi terhadap apa yang aku lakukan. Cairan kewanitaannya mengalir dari liang itu dan segera saja dijilati olehku. Daftar Mejaqq

Setelah beberapa saat menjilat-jilat kemaluannya, aku tidak tahan lagi. Aku jongkok di depan kak Santi dan mengocok batang kemaluanku. Ujung batang kemaluanku aku arahakan ke vaginanya, hingga pejuku menyembur keluar dan membasahi selangkangannya. Setelah terselesaikan birahiku, aku kembali merapikan pakaian kak Santi dan kembali tidur di kasurku. Kira–kira 15 menit kemudian kudengar kak Santi bangun dan masuk ke kamar mandi. Saat keluar kulihat ia telah mengganti semua pakaiannya mulai dari Bra, CD dan daster.

Keesokan harinya, kak Santi meminta aku membelikan tiket kereta api untuknya. Ia ingin pulang hari ini juga. Aku sangat ketakutan. Aku takut ia mengetahui kelakuanku semalam dan hendak pulang menyampaikannya kepada ayahku. Siang harinya sebelum kak Santi pulang, aku mengajaknya jalan – jalan. Kak Santi masih bersikap seperti biasa. Masih menggunakan pakaian–pakaian seksi yang kubelikan. Selama jalan berdua, kami tak banyak bicara.

Aku mengajaknya nonton bioskop. Ia menyetujuinya. Saat di dalam ruangan bioskop, aku curi–curi kesempatan untuk merangkulnya. Kak Santi tetap bersikap seperti biasa dan diam saja saat kurangkul bahunya lalu perlahan menarik kepalanya untuk bersandar di bahuku. Kak Santi bersandar di bahuku selama film diputar. Tangan kananku mengelus- elus rambutnya dan tangan kiriku menggenggam tangan kanannya.

Aku tidak fokus pada filmnya. Aku lebih fokus pada kak Santi  yang sedang bersandar di bahuku. Dengan ragu–ragu aku mencoba mencium keningnya. Kak Santi hanya diam.

“ kakak beneran mau pulang jakarta malam ini?” bisikku

“iya beneran “

“sekarang kan udah jam 5. Kereta kakak berangkat jam 6 “

“ ya udah nggak jadi deh kalo gitu “ jawab kak Santi tanpa mengangkat kepalanya dari bahuku.

“ kalo gitu, setelah ini kakak mau nggak aku ajak ke suatu tempat yang indah?” tanyaku

Kak Santi memandangiku sambil mengangguk manja. Tingkahnya ini membuatku semakin bernafsu ingin mencium bibirnya saat itu juga.

Pada malam harinya, aku mengajaknya ke suatu daerah perbukitan di pinggiran kota. Di sana banyak cafe–cafe romantis yang menawarkan pemandangan kota pada malam hari dari puncak bukit. Cafe yang kami masuki terdiri dari dua lantai dengan lantai dasarnya agak turun ke bawah jurang, sehingga tidak terlihat dari jalan maupun parkiran. Jam menunjukkan pukul 02.00. di lantai dasar hanya ada aku dan kak Santi, sedangkan di lantai atas, ada beberapa orang mahasiswa yang sedang asyik ngobrol.

Aku dan kak Santi asyik ngobrol ngalor–ngidul sambil menikmati kopi yang kami pesan. Tak lama kemudian kak Santi berdiri dan menatap ke arah lampu–lampu kota yang berkilau di kejauhan. Tanpa menoleh, kak Santi berkata

Baca Juga : Kisah Seks Ku Dengan Sally Part 2

“kakak tau dua malam berturut–turut ini kamu mengocok batang kemaluanmu di depan kakak yang tertidur dan melempaskan spermamu di tubuh kakak “ aku kaget dan tak dapat berkata apa – apa. Kak Santi melanjutkan lagi “ dan bahkan malam keduanya kamu sampai berani menelanjangi kakak. Sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Aku ini kakakmu “ aku hanya diam tak bisa menjawab. Kak Santi juga masih belum menoleh ke arahku. Dari belakang kulihat kak Santi menggosok–gosok lengannya seperti orang kedinginan. Kebetulan malam ini, ia hanya memakai sebuah gaun mini tanpa lengan.

Aku tak menjawab pertanyaan kak Santi tadi. Aku berdiri membawa jacket dan memakaikannya kepadanya dari belakang.

“ kakak kedinginan ?” tanyaku

“ iya. Daerah ini sangat dingin “ jawab kak Santi masih tanpa menoleh

“ ya udah kalo gitu kita pulang aja kak “

“ kamu belum menjawab pertanyaan kakak tadi. Jawab dulu dan kita pulang “

“ aku nggak mau jawab kalo kakak nggak mau noleh ke aku “ jawabku bingung

Kak Santi membalik badannya dan menghadap ke arahku. Kami berdiri sangat berdekatan, sehingga aku bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas. kak Santi yang kebetulan lebih pendek dari aku, menengadah dan memandang wajahku. Kami diam beberapa menit. Aku bingung mau jawab apa. Kami hanya diam dan saling berpandang. Kusentuh pipi kak Santi dengan kedua tanganku. Aku agak menunduk mencium kening kak Santi dan akhirnya mencium bibirnya. Kak Santi tampak tak menolak, hanya tetap diam.

“kenapa?” Kak Santi kembali bertanya

“aku sangat mencintaimu Santi. Aku ingin memilikimu Santi” jawabku dengan langsung menyebut nama kakakku.

“apa? Kamu memanggilku dengan sebutan Santi. Aku kakakmu” tanya kak Santi dengan ekspresi yang kaget.

“iya. Kalo aku memanggil kak, aku akan takut untuk mencium bibirmu” jawabku santai. Kak Santi nampak mau tersenyum tapi ditahannya. Kembali kupegang kedua pipinya lalu aku bertanya lagi

“Santi, kamu mau jadi kekasihku?” walaupun ia menunjukkan ekspresi kaget, tapi ia tidak bisa menyembunyikan wajahnyanya yang terlihat seperti hendak tertawa. Tanpa menunggu ia bereaksi, aku udah kembali mencium bibirnya. Kali ini aku mencoba memasukan lidahku ke dalam mulutnya. Kak Santi membuka bibirnya perlahan dan membiarkan lidahku bertemu dengan lidahnya. Beberapa menit kemudian, ia mendorong tubuhku dan berkata

“aku mau ngomong. Tapi nggak bisa gara–gara ciumanmu”

“kamu mau bilang apa Santi?”

“ayo kita pulang. Kita bicarakan lagi apa yang telah terjadi di kost”

Aku dan kak Santi pun akhirnya pulang. Sebelum sampai di kost, kak Santi meminta untuk singgah di sebuah minirmarket lalu membeli sebotol minuman ringan. Saat memasuki kamar kost, aku harap–harap cemas apa yang akan dikatakannya. Aku duduk di atas kasur. kak Santi meletakkan minuman ringannya di atas lantai di depanku lalu mengambil pakaian di lemari dan masuk ke kamar mandi. Saat ia keluar, ia menggunakan Daster biru tua polos yang leher bajunya rendaah banget. Tidak pakai bra, payudaranya gampang banget diintip lewat leher baju itu, Perfect. Kak Santi duduk di depanku dan membuka botol minuman.

“San, ngapain subuh–subuh gini minum kayak gituan?”

“ udah deh, kamu diam aja. Aku nggak mau kamu sampe khilaf dan memperkosaku. Makanya hanya ini yang aku mau berikan “ jawab kak Santi dan langsung mencium bibirku. Aku membalas ciumannya. Tak lama kemudian kak Santi melepaskan bibirnya dari bibirku.

“Aku sengaja pake daster ini, jadi kalau kamu mau grayang-grayang and kissing-kissing payudara Aku kan gampang, tinggal tarik dikit, beres. Dan untuk anumu tuh, aku hanya bisa kasih handjob “

Aku tersenyum, dan memeluknya. Pelukanku erat. Aku bisa merasakan jantung kak Santi berdetak agak lebih kencang. Aku bisa merasakan napasnya agak memburu. Dan Aku bisa memberikan kecupan-kecupan dan belaian lidah di lehernya, turun ke dada, ke payudara , Uhh.. enaknya. Sementara tangannya terus mengocok kemaluanku.

Tanganku mencoba masuk ke selangkangannya, tapi kak Santi menolak. Aku hanya boleh menjamah perut ke atas. Beberapa menit kemudian aku merasakan spermaku akan segera keluar. Kupejam mataku dan berbisik “ Santi…. aku mau keluar san….. “

“ooohhhh Santi…. aku mau nyampe……….”

Cepat-cepat kak Santi ambil botol minuman ringan tadi ,ia minum seteguk (tapi tidak ditelan). Lalu.. kak Santi masukkan batang kemaluanku ke mulutnya, sambil terus mengocok batangku hingga akhirnya spermaku keluar dan kak Santi menelannya bersama – sama dengan minuman tadi.

“ I love you Santi….”

“ssssstttt… buruan tidur. Ini yang pertama dan terakhir. Mulai besok aku kembali menjadi kakak mu seperti semestinya. Kalo kamu Sange, aku akan carikan kamu wanita bayaran “.

Pada akhir bulan ke-empat, Kak Santi kembali menengokku. Tapi kali ini datang bersama suaminya yang kebetulan ada urusan kerjaan ke kota tempatku kuliah. suaminya sedang ada lokakarya yang harus dihadiri. suaminya dan kak Santi menginap di hotel tempat lokakarya diadakan. Suaminya menyewa satu kamar tambahan untukku agar aku tidak perlu bolak–balik dari kost ke hotel untuk menemui mereka.

Hari pertama lokakarya dimulai, suaminya memintaku menemani kak Santi jalan–jalan. Lokakarya dimulai dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Aku masuk ke kamar kak Santi. Kulihat ia telah rapi dan siap–siap untuk jalan–jalan bersamaku. Kak Santi menggunakan pakaian yang biasa digunakannya saat menemani suaminya jalan–jalan.

“aku nggak mau nemani kakak jalan–jalan kalo kakak mengenakan pakaian seperti itu” protesku melihat kak Santi yang sedang duduk di tepi ranjang

“Kakak, nggak mungkin pakai pakaian seksi seperti kemarin. suamiku bisa marah jika melihatnya”

“Suamimu nggak akan melihatnya. Suamimu kan pulangnya jam 5 sore. Sebelum jam 5 kita sudah kembali ke hotel” aku mencari alasan

“tapi, pakaiannya kan ada di kostmu” ( kakak tak mau membawa pakaian yang kubelikan bulan lalu kembali ke Jakarta, sehingga ditinggal di lemari kostku )

“nih, aku udah bawa” jawabku sambil mengeluarkan sehelai kaos “u can see’ ngepress gantung warna merah dan plus rok pendek dari bahan kain biasa. Tak lupa sehelai g–string dan Bra yang talinya terikat dileher.

“ya udah, kamu tunggu di sini. Kakak ganti dulu” kata kak Santi sambil mengambil pakaian tadi dariku dan hendak menuju kamar mandi

“mau ganti di mana?”

“kamar mandi”

“kelamaan kak. Ganti sini aja biar cepet”

“kakak nggak mau bugil depanmu”

“santai aja. Aku kan udah pernah liat”

“kamu masih ingat pesan kakak bulan lalu kan? Itu yang terakhir”

“iya, masih ingat. Aku, nggak akan nyentuh kakak walau kakak bugil depanku ”

Selang beberapa menit kemudian kak Santi sudah melepaskan semua pakaiannya dan bugil di depanku. Lalu, memakai pakaian yang aku berikan. Kak Santi kelihatan seksi dengan pakaian itu. Belahan dadanya yang putih Nampak kelihatan. Pinggangnya yang dihiasi tali g–string Nampak jelas keliatan saat ia bergerak dan kaosnya tertarik ke atas. Melihat itu membuat aku sangat horni.

Aku dan kak Santi menuju ke sebuah tempat karaoke yang cukup terkenal. Awalnya kami bernyanyi sambil duduk. Jarak kami pun agak berjauhan. Hingga akhirnya saat music lagu Endlesslove berbunyi, kak Santi berdiri. Ia menarikku untuk ikut berdiri dan berduet dengannya. Kami berdiri bersebelahan. Aku menyanyikan ayat yang pertama. Ia menyanyikan ayat kedua. Dan seterusnya bergantian. Saat memasuki lirik “Two hearts”

Two hearts that beat as one Our lives have just begun” yang harus dinyanyikan berdua, aku berpindah berdiri di belakang kak Santi. Mic ku simpan, kami menggunakan satu mic yang dipegangnya. Kurangkul pinggangnya dari belakang. Kak Santi tak memberi respon dan terus bernyanyi. Mulutku kuletakkan persis dibelakang telinganya.

Aku mengambil mic dari tangannya lalu membuangnya ke lantai. Sementara music masih terus berjalan. Aku memegang kedua tangannya persis di depan perutnya. Kucium pipinya. Kak Santi masih terus bernyanyi sambil memejamkan mata. Kubalik tubuhnya hingga kami berhadapan. Kucium bibirnya. Kak Santi berhenti bernyanyi tapi tetap memejamkan mata. Selang beberapa menit kemudian kak Santi merespon ciumanku dengan French kiss. Kami saling berlumat. Tangaku refleks ngeremes toketntya. Aku pelorotin bajunya yang udah agak kebawah. Tanganku satunya ‘main’ dibawah roknya.

Perlahan kubimbing kak Santi yang masih terus memejamkan mata itu ke tepi sofa. Aku mengarahkannya untuk nungging sambil berpegangan pada tepi sofa. Aku pukul-pukul mesra pantatnya, sementara aku keluarin penisku yang udah keras itu…lalu aku tarik pantatnya kebelakang, angkat roknya dikit, menurunkan g–stringnya, arahin tangannya supaya nuntun penisku ke liangnya, kak Santi masih terus menutup mata dan dari mulutnya kedengaran masih menyanyikan lagu endless love. Kupegang pinggangnya dan menariknya maju mundur. Rambut panjangnya terurai jatuh menutupi wajahnya.

Lalu kak Santi menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya dengan tangan kanan. Ia melepaskan liangnya dari batang kemaluanku dan berdiri berhadapan denganku. Kali ini tak lagi memejam mata dan bernyanyi.

“kamu ini kenapa sih? Kakak kan udah bilang kemarin itu yg terakhir dan jangan sampai seperti ini. Ini udah kelewatan” Kak Santi Tampak serius

“aku mencintaimu Santi!” jawabku.

“cinta antara kita bukan seperti ini caranya. Ini cinta antara suami istri”

“Santi, aku ingin mencintaimu seperti seorang pria mencintai wanita” aku terus menjawab. Ia diam. Aku kembali mencium bibirnya. Kami berciuman dan tangannya melepaskan kemeja dan celana yang kupakai. Akupun demikian, melepaskan pakaiannya. Kami sama–sama bugil. Kak Santi berbalik dan kembali menungging di tepian sofa.

Tangan kanannya menjulur ke belakang meraih batangku dan mengarahkan ke liangnya. kak Santi menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Ia cuma bilang gini “setelah ini aku mau liat bagaimana cintamu itu (sambil mendesah perlahan dan menggit bibir bawahnya).” Aku semakin bernafsu menggenjot saat kak Santi mengibaskan rambutnya pantatnya turun naik perlahan.

Kadang-kadang ia lempar rambut panjangnya kedepan sampe nutupin muka, terus kibasin lagi kebelakang. Setelah beberapa menit maju mundur berasa juga kak Santi mulai kejang tanda orgasme, tangannya kebelakang memegang leherku dan menarik ke kepalaku mendekat ke wajahnya. Ia memalingkan wajah ke belakang dan kami berciuman lagi sambil terus menggoyang pinggulnya. Lalu ia melepaskan ciuman dan berbisik “ kalo mau keluar bilang ya”.

Beberapa saat setelah kak Santi orgasme, aku berbisik di telinganya kalo aku mau keluar. Kak Santi melepaskan batangku dari liangnya. Berbalik menghadap ke arahku dan duduk di sofa. Sementara aku masih tetap berdiri. Ia meraih batangku dan memasukan ke dalam mulutnya. Aku mengeluarkan Sperma dalam mulutnya. Setelah menelan spermaku, ia masih menyedot batangku hingga lemes.

Kak Santi tertidur lemes di sofa. Masih dalam keadaan bugil. Aku jongkok di tepian sofa. Wajah kami saling bertatapan. Kubelai rambutnya, kukecup keningnya lalu kami kembali beciuman.

“San, apa yang ingin kamu buktikan dariku?” aku bertanya

“cinta seperti yang kamu katakan tadi” jawabnya. Aku lalu menariknya hingga ia duduk. akupun duduk di sofa. Kami berhadapan. Kutatap wajahnya dalam–dalam. Dari ekspresinya kelihatan seperti gadis ABG yang malu–malu saat seorang pria menyatakan cinta padanya. Kupegang kedua tangannya lalu berkata “akan aku buktikan itu.

Bagaimanapun caranya“ setelah mengucapkan kata–kata itu, aku kembali menyanyikan lagu endless love. kak Santi Nampak tersenyum, tapi air mata mengalir kecil dari matanya. Ia mencubit pinggangku manja lalu memelukku.

Tak terasa sudah pukul 4 sore. Aku dan kak Santi berpakaian lalu kembali ke hotel. Sesampainya di hotel, suaminya masih di ruangan lokakarya. Aku mengantar kak Santi ke kamar, lalu kak Santi kembali mengganti pakaiannya, dan pakaian yang dikenakan tadi diserahkan kembali padaku. Kami lalu mengobrol.

Beberapa menit kemudian, suaminya datang dan mengobrol dengan kami. Aku lalu pamit kembali ke kamarku. Sesampai di kamarku, aku mengirim pesan ke whatsapp kak Santi“ love you Santi cantik “. Kak Santi membalas pesan ku singkat “ Dasar genit. Love u 2”. Akupun akhirnya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.

Sehabis mandi, aku mengambil HP yang kuletakkan di atas ranjang. Ada dua panggilan tak terjawab dari kak Santi. Aku menelpon balik, tapi direject. Lima menit kemudian ia menelpon balik

“maaf, tapi kakak lagi sama suami kakak”

“terus sekarang lagi di mana emangnya?” tanyaku

“nih, nelpon dari dalam kamar mandi” jawab kak Santi.

“tadi nelpon, emang ada apa?”

“Cuma pengen bilang, lain kali jangan Chat seperti tadi. Ntar dibaca suamiku”

“iya deh”

“janji?”

“janji Santi sayang…”

“ya udah deh kalo gitu. Bye..”

“loh, kok Cuma bye?” kucoba menggodanya

“maunya apa?”

“cium dong..”

“ummmmmaaaa….” Suara Kak Santi dari seberang telpon manja

“love u Santi cantik”

“love u 2 anak nakal…”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman